Suci dari Kupang

Jadi, teman gue tercinta Kartika kerap sekali cerita tentang kupang. Kayaknya waktu itu percakapan dimulai gara-gara gue cerita gue makan belalang dan kepengen coba tutut, semacam keong yang banyak dijual di Bogor itu.

Kupang itu merupakan hewan cilik seperti kerang yang cangkangnya lunak. Kupang dimasak, direbus, dan diberi kuah yang berisi bawang putih, cabai, jeruk nipis, dan petis. Biasanya disajikan dengan lontong. Makanan ini populer di Sidoarjo dan Surabaya. Cerita Kartika sendiri, katanya kupang itu peternakannya di sungai dan merupakan hewan yang menjadi indikator perairan kotor. Oke, nggak masalah. Gue tetep pengen coba. Apalagi baca reviu-reviunya katanya enak.

Akhirnya, gue coba juga yang namanya kupang itu. Sayang sekali, lontongnya habis sehingga cuma nggado kupangnya thok. Sepiring kupang berkuah yang masih panas ditambah dengan lentho, semacam gorengan dari kacang-kacangan, tak lupa sate kerang dan segelas es degan. Gue liat tampilan kupang, oh gini tho. Hm, doyan nggak ya gue. Gue jadi ingat kata-kata si Aji, tampilan makanan tuh berbanding terbalik dengan rasa. Oke...

Lalu bagaimana rasanya?

Dari sendokan pertama gue sudah menyimpulkan untuk diri gue, kupang tuh nggak enak. Ada rasa amis-amisnya gitu. Plus pedas, hell yeah gue nggak suka pedas. Anehnya banyak yang bilang enak. Well, lidah masing-masing orang kan memang berbeda ya. Katanya, kupang itu beracun, sehingga kalau nggak kuat bisa mules dan murus, dan untuk menawar racunnya salah satunya dengan minum kelapa muda. Gue sih nggak mules, berarti perut gue kuat, yey yey!

Lenthonya gue sukaaa... sate kerangnya, biasa aja, ya mirip kupang sih rasane sakjane, tapi gue kok lebih toleran buat makan sate kerang ketimbang kupang. Oke, penasaran gue sudah ilang, nggak lagi-lagi coba deh, hahaha...

Kata Mbak Ribut, kupang itu potensi bakteri salmonella yang bisa menyebabkan masalah pencernaan, semacam diare, dan sebagainya. Trus pun pas di Surabaya gue ngobrol sama bapak-bapak yang menceritakan bagaimana cara memancing kupang. Katanya, bambu dianyam (sesek kalau nggak salah istilahnya), kemudian ditaruh di atasnya kotoran manusia di sungai, dan para kupang itu pun akan berkumpul di bawah anyaman bambu itu. Jarene...

Tapi baca-baca katanya itu hanya mitos. Katanya kupang diambil di lumpur air asin yang kemudian dibawa ke sungai, dipancingnya dengan lumpur. Ada yang bilang dengan dedak yang menyerupai kotoran manusia. Gue sih nggak ngaruh tahu begituan, wong juga rasanya gue nggak suka, hihihi...

Di sisi lain, katanya kupang tuh memiliki kandungan protein dan zat besi yang tinggi. Hmmm... ah tetep nggak suka gue...

Besokannya gue pun ketemu sama Kartika dan gue pun cerita, gue sudah makan makanan hasil rekomendasi dia dan nggak doyan gue (sebelumnya udah cerita di whatsapp seh). Si Aji pun nyautin, "Hah lo makan kupang Na? Gue pernah! Dan itu WORST DECISION IVE EVER MADE!" Lebee bener nih orang, hahaha...

Si Kartika sendiri meski dia yang cerita kupang pada awalnya, tapi belum pernah merasakannya. Huh, curang. Dia sendiri sudah geli duluan mengetahui fakta-fakta kupang yang entah benar atau tidak. Piye tho jare fakta kok entah... Dia pun bilang, "Yeee, gue doang yang suci dari kupang. Kalian sudah nggak suci dari kupang." Apa banget sih nih orang... hehehe...

Gue nggak suka sih, tapi menyesal juga enggak. Udah ilang penasarannya. Lalu, what's next? Bintang laut goreng? Kecoak? *kayak berani aja*

❤❤❤

Maap ya belum bisa komen plus BW banyak. Mau ngilang lagi ah...