Seminggu Tanpa Kacamata
Ingin ikutan Kontes Saweran Kecebong 3 Warna yang kategori cerita sedih. Tapi kok susah ya bikin cerita sedih. Biarkan aku menulis cerita sedih versiku. Meski tak bisa membuat pembacanya meneteskan air mata, semoga ada hikmah yang bisa diambil dari ceritaku ^^
Lebaran beberapa tahun lalu aku merayakannya di Jogjakarta. Meskipun, rumah kedua nenekku ada di Jogjakarta, tapi aku jarang sekali lebaran di sana. Makanya lebaran waktu itu, aku sangat mengingatnya.
Waktu malam lebaran, aku melihat karnaval takbiran di Jalan Parangtritis bersama sepupuku. Ramai sekali. Ini sesuatu yang sulit aku temukan di Jakarta. Pulang pulang jarum jam sudah membentuk sudut 30 derajat, jam sebelas malam. Saking ngantuknya aku, aku pun langsung tertidur. Jam setengah tiga pagi pun aku terbangun. Aku ingat, aku belum shalat Isya! Aku bergegas bangun dan mulai mencari kacamataku.
Mencari, mencari, mencari, aku pun menemukannya.
"Krrriiakk." Dalam keadaan lensa kacamata pecah terburai.
Aku menginjaknya.
Sial... kacamata tanpa bingkai yang aku injak padahal relatif masih baru. Masih dalam hitungan bulan. Dan waktu itulah pertama kalinya aku mempunyai kacamata mahal. Mahal karena dibeli di Optik M yang terkenal mahal. Juga lensanya bermerek seperti merek kamera yang sering dilihat di tempat perbelanjaan. Satu koma sembilan juta untuk sepasang lensa kacamata. Masih kuingat harganya, karena sakit sekali hatiku mengetahui kacamataku kurusak sendiri.
Aku mengumpulkan pecahan lensa dan kemudian segera pergi shalat Isya.
Gampang, besok aku akan ke optik. Cari lensa yang 100 ribu, supaya tak menyesal lagi.
Pagi menjelang, ternyata sekeluarga kami yang perempuan semua telat bangun. Sampai ke tempat shalat Idul Fitri yang hanya jalan kaki dari rumah, ternyata sudah rakaat kedua. Aku, nenek, dan tanteku segera pulang. Tanteku malah berkelakar kalau kita semua telat gara-gara nuntun aku karena kesusahan melihat. #lohkatanyaceritasedih
Tentu saja tanteku membual. Tapi memang tanpa kacamata, susah sekali. Apalagi minusku kala itu sudah mencapai minus lima. Sekarang malah enam.
Hari lebaran aku pun mencari optik yang buka. Tidak ada.
Besoknya. Tidak ada.
Lusa. Tidak ketemu.
Aku lupa Jogja berbeda dengan Jakarta. Libur lebaran bisa saja membuat sebuah toko libur lebih dari tiga hari. Akhirnya aku menghabiskan hari-hari sisaku di Jogjakarta sebelum pulang ke Jakarta tanpa kacamata. Aku berusaha pasrah saja. Aku tak bisa menonton televisi, tak bisa melihat baliho yang jauh, dan waktu silaturahmi dengan saudara-saudara aku harus memajukan mukaku untuk melihat siapa yang salaman denganku.
Sungguh, sungguh letih mataku tanpa kacamata. Aku melihat tapi tak melihat. Dan itu membuatku turun semangatnya. Aku sedih dalam hati meski tak menangis. Akan tetapi aku berpikir, apa aku orang yang tak punya syukur? Bukankah lebih banyak orang yang lebih menderita daripada aku yang sedih yang hanya karena bermata minus banyak dan tak bisa melihat jelas yang hanya sementara? Bukankah ada orang yang sama sekali tak bisa menggunakan penglihatannya?
Deg!
Kemudian hatiku bilang agar aku jangan bersedih lagi. Lagipula, bukankah aku masih bisa memperbaiki kacamata sepulangnya aku dari Jogja?
Setelah itu, aku tak pernah membeli kacamata di Optik M lagi. Rata-rata kacamataku hanya 200ribuan, dan anehnya bisa awet hingga tahunan.
Mungkin aku harus belajar menjaga barang.
Lebaran beberapa tahun lalu aku merayakannya di Jogjakarta. Meskipun, rumah kedua nenekku ada di Jogjakarta, tapi aku jarang sekali lebaran di sana. Makanya lebaran waktu itu, aku sangat mengingatnya.
Waktu malam lebaran, aku melihat karnaval takbiran di Jalan Parangtritis bersama sepupuku. Ramai sekali. Ini sesuatu yang sulit aku temukan di Jakarta. Pulang pulang jarum jam sudah membentuk sudut 30 derajat, jam sebelas malam. Saking ngantuknya aku, aku pun langsung tertidur. Jam setengah tiga pagi pun aku terbangun. Aku ingat, aku belum shalat Isya! Aku bergegas bangun dan mulai mencari kacamataku.
Mencari, mencari, mencari, aku pun menemukannya.
"Krrriiakk." Dalam keadaan lensa kacamata pecah terburai.
Aku menginjaknya.
Source |
Sial... kacamata tanpa bingkai yang aku injak padahal relatif masih baru. Masih dalam hitungan bulan. Dan waktu itulah pertama kalinya aku mempunyai kacamata mahal. Mahal karena dibeli di Optik M yang terkenal mahal. Juga lensanya bermerek seperti merek kamera yang sering dilihat di tempat perbelanjaan. Satu koma sembilan juta untuk sepasang lensa kacamata. Masih kuingat harganya, karena sakit sekali hatiku mengetahui kacamataku kurusak sendiri.
Aku mengumpulkan pecahan lensa dan kemudian segera pergi shalat Isya.
Gampang, besok aku akan ke optik. Cari lensa yang 100 ribu, supaya tak menyesal lagi.
Pagi menjelang, ternyata sekeluarga kami yang perempuan semua telat bangun. Sampai ke tempat shalat Idul Fitri yang hanya jalan kaki dari rumah, ternyata sudah rakaat kedua. Aku, nenek, dan tanteku segera pulang. Tanteku malah berkelakar kalau kita semua telat gara-gara nuntun aku karena kesusahan melihat. #lohkatanyaceritasedih
Tentu saja tanteku membual. Tapi memang tanpa kacamata, susah sekali. Apalagi minusku kala itu sudah mencapai minus lima. Sekarang malah enam.
Hari lebaran aku pun mencari optik yang buka. Tidak ada.
Besoknya. Tidak ada.
Lusa. Tidak ketemu.
Aku lupa Jogja berbeda dengan Jakarta. Libur lebaran bisa saja membuat sebuah toko libur lebih dari tiga hari. Akhirnya aku menghabiskan hari-hari sisaku di Jogjakarta sebelum pulang ke Jakarta tanpa kacamata. Aku berusaha pasrah saja. Aku tak bisa menonton televisi, tak bisa melihat baliho yang jauh, dan waktu silaturahmi dengan saudara-saudara aku harus memajukan mukaku untuk melihat siapa yang salaman denganku.
Sungguh, sungguh letih mataku tanpa kacamata. Aku melihat tapi tak melihat. Dan itu membuatku turun semangatnya. Aku sedih dalam hati meski tak menangis. Akan tetapi aku berpikir, apa aku orang yang tak punya syukur? Bukankah lebih banyak orang yang lebih menderita daripada aku yang sedih yang hanya karena bermata minus banyak dan tak bisa melihat jelas yang hanya sementara? Bukankah ada orang yang sama sekali tak bisa menggunakan penglihatannya?
Deg!
Kemudian hatiku bilang agar aku jangan bersedih lagi. Lagipula, bukankah aku masih bisa memperbaiki kacamata sepulangnya aku dari Jogja?
Setelah itu, aku tak pernah membeli kacamata di Optik M lagi. Rata-rata kacamataku hanya 200ribuan, dan anehnya bisa awet hingga tahunan.
Mungkin aku harus belajar menjaga barang.
♥♥♥
*garukgarukkepala* *ketombean maksudnya* Ada nggak ya, pelajaran moralnya hmmm...
1. Selalu bersyukurlah... ^^
2. Kalau bersedih, lihatlah ke bawahmu. Masih banyak yang menderita. ^^
3. Selalu bersyukurlah... ^^
4. Selalu bersyukurlah... ^^
5. Selalu bersyukurlah... ^^
Kenapa aku jadi suka pake ^^ sih... tauk ah. Loh itu nggak salah bersyukurnya banyak banget? Nggak. Bersyukur kan satu cara utama untuk bahagia. :)
♥♥♥
“Untje berpartisipasi dalam ‘Saweran Kecebong 3 Warna’ yang didalangi oleh Jeng Soes-Jeng Dewi-Jeng Nia, disponsori oleh Jeng Anggie, Desa Boneka, dan Kios108”.
♥♥♥
Note: Aku daftarnya tanggal 18 ya mbak ^^
katanya libur
BalasHapustapi kok udah kelar aja postingan wat kontes
huaaa Una urik ki ....
sukses kontesnya ya Na!
khusus Una ntar hadiahnya kecemete hehehe
wwaah kacamata ya...
BalasHapushihih kita para pemilik mata berbingkai suka 'nyiksa' kalo benda ajaib ini nda ikut sama majikannya
sukses lombanya dah mbak Una^^
Tumben-tumbenan saya bisa merasa terharu membaca postingannya Una, khususnya pada bagian yg tidak bisa melihat pas hari raya dan kesadarannya utk bersyukur. Ngenes banget.
BalasHapusBuat panitia lomba, postingan Una ini bisa dimasukkan jadi nominasi juaranya. keren.
Huaaaaah?! Udah berapa kontes yang una ikuti? :O Anyway, aku gak pake kacamata, karena matanya masih blm bermasalah, tapi kalau kaca mata utk style ya kadang2 xD
BalasHapusDulu saat masih SD, saya juga pernah punya masalah dalam penglihatan, untunglah ibunda saya orang yang pantang menyerah sehingga mata saya dapat diselamatkan.
BalasHapusAkhirnya, ada pelajaran moral ya, tapi kalo saya nunduk kebawah, kok yang terlihat malah jempol kaki, wew ;)
Lah bukannya udah pernah posting untuk lomba ini na?
BalasHapussama ini kak una... aq juga baru kmrin kacamata kuinjak sndri wktu ad acara blogger nusantara di sidoarjo. minus kita juga sama,5 lebih, skrg 5,5.. jadi sangat menyiksa jika berpergian tanpanya...
BalasHapusBersukur agar dapat bahagia..
BalasHapusSemoga menang kontes ya.. :)
sukses buat kontesnya
BalasHapusmemang tanpa kaca mata adalah hal yang menyulitkan
wah wah2 minusnya lumayan byk ya mbak una,,,tapi ya hikmahnya kan matanya jadi 4 kan,,hehe...
BalasHapusyen sing ngidak kwe.
BalasHapusaq percoyo yen pecah
hahahahah
aku ngerasain banget nih rasanya...
BalasHapuskalau aku waktu itu ke duduk kak, hhha.
Biasa mw k kamar mandi lepas kaca mata abis ngerjain tugas, trus pas baliknya langsung aja duduk lagi dpan komputer, ga bisa dihindari frame nya bengkok..
langsung 3 hari aku k optik buat ganti..
kacamata jd salah satu barang urgent skrang. :p
semua pasti memang ada hikmahnya Na....
BalasHapusrasanya menyiksa penglihatan tanpa kacamata >.< semuanya menjadi buram.
BalasHapus(pernah merasakan)
lho lho bukannya lg berlibur? kok bisa ikut kontes #yamenurutlo
BalasHapusminusku untung msh sedikit belum sampe 1, silindernya jg belum sampe 1, jd kacamatanya dipake kl pas udh burem bgt dan pusing bgt buat melihat hehehehe
jd skrg kl beli kacamata kemana Un?
Kunjungan dhuhurr...
BalasHapusHmm... "Melawai" ?
Ceritanya sedih koq Na, koq bisa sampe minus 5 sie, pernah keliliban cabe ya ?
Kirain cerita yg mo diikuti kontes tuh ttg single parent-nya Mama Una. Truss cerita lucunya, ttg Una yang mak comblangin biar ada CLBK. Haha...
Pesan moralnya kereennn. Bersyukur,,, bersyukur,,, bersyukur. Hidup tanpa bersyukur bagaikan makan tanpa minum. Seret cah... ***eh nyambung gak ?
stress kalo kacamata rusak ya hehehe aku juga pernah tuh beli kacamata di Optik M baru sebulan dipatahkan keponakan huaaaaa gak lagi2 deh beli yang mahal2
BalasHapusini sedih apa lucu yah mb'??
BalasHapushehehe
sukses ngontesnya ^^
Sedih apa nggak ya? Hehehehe.... Sukses untuk konteksx mbak Una.
BalasHapusWah, gmn wajahnya ya, mbak Una tnpa kacamata. Pengen liat. Hihi
sedih kok ceritanya.. soalnya saya pernah ngalamin yng kayak begitu juga dan tau bagaimana menderitanya. yaahh..walopun yang keinjek itu kacamata saya nggak mahal-mahal banget juga, terus min nya nggak parah-parah amat juga, tapi tetep aja sedih nggak bisa liat optimal..huhuhu
BalasHapuswah..kasihan yah mba...
BalasHapuskalo matanya begitu parah..
sama seperti adik saya begitu..tak bisa hidup tanpa kaca mata...
alhamdulillah, tetep bersyukur..
BalasHapussaya juga sangat bersukur ni kacamata,, sudah jatuh berkali-kali, bahkan pernah sekali kebanting, tpi alhamduillah tetep kuat, ga mau remuk... qkqkqk
selalu bersukur karena itu hal terbaik yang bisa dilakuin manusia ya mbak :)
BalasHapusNice one :)
hehe..pasti selalu ada hikmanya berbagi, kacamata saya juga murah banget mbak, lebih murah dari kacamata mbak una, 60 ribu hehe...awet sampai sekarang kecuali cat nya yng mulai mengelupas, akhirnya ta cukur abis saja skalian, jadinya malam bening hehe... :)
BalasHapuscerita sedih yang membuat tersenyum nih Na.. hehe... katanya libur, tapi postingan antre kayaknya neh... Una keren. Beneran, salut sama kamu Na, makanya aku datang memberimu award, mungkin jg udah dapat dari yang lain ya? biarin deh, aku tetap kasih ke kamu juga Na.... diambil ya..... (maksa banget mba mu ini Na...., hehe).
BalasHapuseh iya, sukses untuk kontesnya yaaa.....
sukses selalu ya untje...
BalasHapuspasti kacamatanya buat menutupi mata mbak una dari melihat hal2 buruk di dunia makanya sedih waktu kacamatanya pecah...
BalasHapus:P
weeew minus 6 ya Na?? ckckck
BalasHapusbener banget harus selalu bersyukur tuh, jadiii sudah kah Anda bersyukur hari ini?? heheh^^
Kebayang sulitnya gak pake kacamata.
BalasHapusTernyata lebih awet kacamata murah daripada yg mahal ya ... ^__^
aku tau rasanya gak make kacamata pasti pusing bgt ya >.< soalnya ak sering jd sakit kepala klo kerja tanpa kacamata :P
BalasHapusGood Luck ya Giveawaynya :)
masih ndak bisa mbak..
BalasHapusRibetnya yang mesti berkaca mata ya. Temanku juga sulit lepas dari kacamata minus 4-nya.
BalasHapusBeberapa temanku memilih kacamata murahan, supaya tidak terlalu menyesal kalo rusak. Bahakan ada loh yang beli di abang-abang pedagang kacamata keliling :D
Toss una, kacamata membuat syukur, nyampung a PO orak...
BalasHapusWah, saya gak bisa hidup tanpa kacamata. Gak berani jalan jauh juga kalo gak pake kacamata. Bener-bener udah kaya separuh nyawa deh...
BalasHapusklo kaca mata kuda ga bakalan pecah...
BalasHapusmet ngontes moga sukses lagi ya naaaaaa.
Wah.. sama dong.. sedih banget kl cari kacamata ga ketemu.. hiks.. hiks.. bagaikan masak tanpa garam...
BalasHapusKacamata saya juga dari Melawai. LOL ^^
BalasHapussusah memang klo gak pake kacamata,,, kayak aku juga dah minus 5, kemana mana harus bawa. hehehe
BalasHapusg cocok pake yang mahal itu.. hahaa
BalasHapusMak Cebong 1 hadir...
BalasHapusAku tau betapa sedihnya hidup tanpa kacamata..hehe.. Aku baru minus 4 aja udah sedih banget kalo nggak ada kacamata.
Eh, ini tadi masuk CS apa CL ya? :D
Baiklah, terima kasih atas partisipasinya, sudah dicatat sebagai peserta CS yang ke 15 di Buku Besar Keluarga Cebong :D
Mak Cebong 3 dataaaannngg. Maap yah Una ekye ngemetnya dicicil2 boo soalnya sekarang di rumah sendirian, Emak mudik ke Jakarta, jadi riweuuuuuhh bangeeetthhh :-)
HapusHiks, kebaynag deh kalo ga bisa ngeliat. Tapi bener banget Say, bersyukur adalah kunci kebahagiaan. Love u're post Honey!
Thanks Say udah ngeramein Sawerannya Mak Cebong. 1 kategori lagi menanti dikau loh Una. Disapu bersih ajah Say :-)
Una... sama bgt dgn kisahku nih... hehe.. aku juga ngerusak kacamataku sendiri, nggak segaja,.. :-D
BalasHapussukses kontesnya ya Una
wahhh trnyata kalo minusnya udah banyak begitu yachh...kacamata ngga bisa lepas dr mata....duh kebayang sedihnya beberapa hari tanpa kacamata....tp emang bener...kita hrs bersyukur krna msh bnyk orang yg ngga bisa melihat dunia dr lahir......
BalasHapusterimakasih una atas partisipasinya...sdh tercatat sbg peserta...
di jaman era now ini ketergantungan dengan gadget atau hp sangat besar, walau hp atau latop sangat banyak manfaatnya untuk kita,namun kalau kita tidakbisa mengendalikan pemakaian, sehingga kesannya sangat berlebihan maka akan timbul dampak negatif dari radiasi gadget yang kita punya. Untungnya ada kabar baikuntuk kita yaitu adanya kaca mata anti radiasi, dimana kacamata ini bisa memblok sinar yang tidak baik untuk mata sehingga diharapkan bisa mengurangi efek negatif dari hp maupun laptop. jika anda memiliki problem yang sama dengan saya kunjungi blog ini, saya akan membahas secara lengkap tentang harga, ciri, dan cara membersihkan kacamata anti radiasi hp dan elektronik lainnya. Kacamata Anti Radiasi. baca juga pengalaman saya menggunakan kacamata anti radiasi sinar biru / blue light / blueray.
BalasHapus