Mama yang Makin Khawatir

Liat awannya inget Shirley di rumah, rek...

Lagi kepengen nulis cerita-cerita tentang di Surabaya kemarin. Tapi cerita perjalanan yang banyak 'lalu' dan 'kemudian'-nya udah nggak seru, so aku nulis satu-satu berdasarkan tema cerita aja ya.

***

Aku bingung sama ibuku. Makin aku tua rupanya ibu makin mengkhawatirkanku. Waktu masih kecil, ibu membebaskanku pergi sendirian. Malahan disuruh sendirian. Dari kelas tiga SD, aku sudah terbiasa naik angkutan umum sendiri. Kelas lima SD, ibu menyuruhku pergi mengunjunginya di Jakarta sendirian naik kereta api atawa kapal terbang. Waktu SMP, aku diminta pergi naik bus ke Semarang dari Jogja untuk menemui ibuku di sana. Padahal waktu itu aku nggak tahu apa-apa tentang Semarang. T.T

Nah, diumurku yang makin tua malah beliau khawatiran. Bulan Februari lalu aku pergi ke Mojokerto sendirian. Aku sudah bilang aku mau sendiri. Eh, ibuku malah mengabari budeku dan anaknya menjemputku di Mojokerto, padahal rumahnya Gresik. Hm, gapapa sih, aku jadi dibayarin main ke Jatim Park sama ke BNS. Hihihi... Kemarin juga di Surabaya sama aja. Flight-ku dan ibuku berbeda. Selisih sejam. Aku bilang, aku naik taksi sendiri aja dari Airport Juandanya. Eh pas turun dari pesawat, buka SMS, ibu bilang mau dijemput orang dari Semen ****** dan notabene aku nggak punya urusan sama Semen ****** itu. Korupsi kan yah itu? Oiya, kebetulan ibuku ke Surabaya diundang oleh Semen ****** untuk plant visit ke pabrik semen di Tuban.

Tak lama kemudian protokol dari Semen ****** telepon aku. Katanya mobilnya sudah datang. Rrrr, aku bilang saja, aku tak sendirian aja naik taksi ke Surabaya. Pengen mlaku-mlaku rek nang Tunjungan. Tapi dia bilang, "Lha wong cuma sampeyan sendiri kok yang dijemput." Lah, kukira ada rombongan plant visit yang flight-nya sama kayak aku. Ternyata nggak ada, ada, tapi flight sesudah aku. Aku udah bilang ngga usah, karena itu memang bukan hakku, lha aku bukan rombongan plant visit itu. Tapi dia maksa-maksa, bilang nggak apa-apa, karena sudah disiapkan mobilnya. Oke lah, kalau begitu. Dan ada hal goblok juga yang ingin aku ceritakan ketika aku ditelepon bapaknya. Ntar aja deh, dibuat di postingan lain.

Menunggu 10 menit, akhirnya si supir menghampiri. Sebut saja namanya Dwi. Ngeliat dia aku inget sama Mas Yan rek. (Pisssss Mas Yan, soale mripatnya mirip. Agak belo gimanaaa getoooh.) Akhirnya aku berdua deh semobil sama Mas Dwi itu. Sebelnya si Mas Dwi itu manggil aku ibu mulu. Buset deh, udah kubilang jangan panggil ibu. Dia malah bilang, "Mosok yo dipanggil dik?" Jiahhh, tambah geli aku dipanggil dik. Akhirnya dia manggilnya mbak. Tetep aja dia sering kepleset manggil ibu. Sebel sebel, sayaaa kan masih belasannnn... cuh...

Alhamdulillah, si Mas ini bisa diajak ngobrol. Ngalor ngidul temanya ganti-ganti. Sampai akhirnya tentang Dolly. Wihiii~ kalau nggak tahu Dolly search dewe ae kono. Aku pengen banget liat di sana. Nggak cuma liat dari hasil googling, pengen liat langsung. Jadi nggak ya aku ke sana? Ayo tebak. x)

Oh iya, sok-sokan banget aku nulis judulnya pake kata 'Mama' wong manggilnya we 'ibu' kok, hihihi...

♥♥♥